manfaat permainan tradisional anak usia dini, Dunia bermain memang tidak dapat dipisahkan dengan masa anak-anak. Bermain bagi anak sangat
berperan bagi masa tumbuh kembangnya. Menurut Tedjasaputra (2001)
melalui bermain anak akan memperoleh banyak keuntungan yang tidak
sedikit. Dari permainan yang mereka lakukan atau mainkan anak
akan mendapat stimulasi yang cukup banyak. Stimulasi yang diperoleh anak
seharusnya tidak hanya sekedar stimulasi bagi kognisi saja tetapi juga
stimulasi bagi afeksinya. Bila salah satu aspek tidak diberi kesempatan
untuk berkembang, maka akan terjadi ketimpangan.
manfaat permainan tradisional anak usia dini, Bruner (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa bermain pada masa kanakkanak adalah kegiatan yang serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama pada masa kanak-kanak, sehingga peran serta orang-orang di sekelilingnya untuk membantu, mengarahkan, dan membimbing mereka sangatlah diperlukan. Masa kanakkanak merupakan masa yang sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman dari lingkungan di sekitarnya dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Hurlock (1996) berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah masa ketika seorang individu relatif tidak berdaya dan bergantung dengan orang lain.
manfaat permainan tradisional anak usia dini, Bruner (Hurlock, 1996) mengatakan bahwa bermain pada masa kanakkanak adalah kegiatan yang serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama pada masa kanak-kanak, sehingga peran serta orang-orang di sekelilingnya untuk membantu, mengarahkan, dan membimbing mereka sangatlah diperlukan. Masa kanakkanak merupakan masa yang sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman dari lingkungan di sekitarnya dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki. Hurlock (1996) berpendapat bahwa masa kanak-kanak adalah masa ketika seorang individu relatif tidak berdaya dan bergantung dengan orang lain.
manfaat permainan tradisional anak usia dini, Bermain
merupakan jembatan anak dari belajar secara informal menjadi formal.
Sebagai contoh, pada awalnya saat bermain dengan balok-balok, anak
mempelajari berbagai bentuk geometris mengetahui namanya mengenali
bentuknya, belajar berkonsentrasi dan menekuni tugasnya. Pengenalan
terhadap bentuk menjadi dasar bagi pengenalan huruf atau angka. Bermain
mempunyai banyak manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak sehingga
anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap dalam
mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Tedjasaputra,
2001).
Alat permainan yang ada saat ini tidak hanya terbatas pada alat permainan tradisional seperti congklak, kelereng, dan bekel. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan semakin canggih pula alat permainan yang dapat dikonsumsi anak. Kebanyakan alat permainan mutakhir bersifat otomatis dan menggunakan tomboltombol saja, seperti komputer, video games, dan alat permainan elektronik lainnya. Sosiolog dari
Universitas Indonesia, Dra. Siti Hidayati menilai video games cukup gawat pengaruhnya pada sosialisasi anak. Dalam proses sosialisasi, anak butuh teman sebaya untuk bermain.
Universitas Indonesia, Dra. Siti Hidayati menilai video games cukup gawat pengaruhnya pada sosialisasi anak. Dalam proses sosialisasi, anak butuh teman sebaya untuk bermain.
Bermain di sini diartikan sebagai proses belajar bermasyarakat. Ini pasti perlu ruang dan waktu. Parahnya, lahan bermain makin lenyap, sementara waktu pun hilang begitu saja di depan layar video games. Dalam permainan ini, anak berhadapan dengan benda mati. Jadi, tak ada interaksi yang kreatif
Permainan modern juga cenderung bersifat individualis sehingga menghambat anak
mengembangkan keterampilan sosialnya. Selama ini ada yang mengukur perkembanganchanya dari sudut kecerdasan dan pencapaian prestasi akademik sekolah, namun dickemudian hari terbukti bahwa di lapangan pekerjaan tingkat kepandaian bukanlah tolakcukur keberhasilan satu-satunya, ada kematangan perkembangan lain yang berpengaruhcyaitu kecerdasan emosional (Muslimah, 2004). Dengan bermain, anak dapatcmengembangkan kreativitasnya dalam ide atau pelajaran. Dengan berkembangnyackreativitas, anak akan dapat mewujudkan diri, bermanfaat, memberikan kepuasan serta
yang memungkinkan adalah anak dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
mengembangkan keterampilan sosialnya. Selama ini ada yang mengukur perkembanganchanya dari sudut kecerdasan dan pencapaian prestasi akademik sekolah, namun dickemudian hari terbukti bahwa di lapangan pekerjaan tingkat kepandaian bukanlah tolakcukur keberhasilan satu-satunya, ada kematangan perkembangan lain yang berpengaruhcyaitu kecerdasan emosional (Muslimah, 2004). Dengan bermain, anak dapatcmengembangkan kreativitasnya dalam ide atau pelajaran. Dengan berkembangnyackreativitas, anak akan dapat mewujudkan diri, bermanfaat, memberikan kepuasan serta
yang memungkinkan adalah anak dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Penelitian Astuti (2002) menunjukkan bahwa permainan tradisional dapatcmeningkatkan kemampuan sosial. Sedangkan penelitian Masturi (dalam Markamah, 2007)cmenunjukkan bahwa permainan tradisional mampu meningkatkan kemampuan berempati.cKedua penelitian tersebut mengungkap dua aspek kecerdasan emosional melalui permainan tradisional.permainan tradisional adalah Permainan tradisional sangat cocok bagi media pembelajaran pendidikan anak usia dini. Alasannya, permainan tradisional mengandung banyak unsur manfaat dan persiapan bagi anak menjalani kehidupan bermasyarakat.
Menurut
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional I
Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Regional
Departemen Pendidikan Na sional Haris Iskandar, Senin (15/12) di
Bandung.
Menurut Haris, pihaknya berhasil menginden tifikasian 43 jenis permainan tradisional di Jawa Barat . Umumnya permainan dilakukan anak usia 6 12 tahun dan hanya 22 jenis permainan bagi anak 4 6 tahun.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Komunitas Mainan Rakyat Jawa Barat, Hong, berhasil mengidentifikasikan 186 jenis permainan, khususnya daerah selatan dan tengah Jabar. Semuanya mengandung unsur filosofis tinggi tapi sangat disayangkan karena permainan tradisional mulai dilupakan. Beberapa jenis permainan tradisional itu adalah cinciripit, galah bandung , dan bebentengan .
Haris mengatakan dengan permainan tradisional anak-anak bisa mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain itu, permainan tradisional bisa juga dapat mengembangkan aspek peng embangan moral, nilai agama, sos ial, bahasa, dan fungsi motorik.
Contohnya permainan congk lak.
Selain belajar mengelompokan benda berdasarkan bentuk atau membedakan
besar kecil, permainan yang dimainkan dua orang ini juga mengajarkan
anak aspek sosial , emosional , dan mo ral agama yang tinggi, katanya.
Oleh karena itu ia memandang, permainan tradisional
bisa menjadi sarana yang baik dalam mengembangkan pendidikan anak usia
dini. Salah satu yang ut ama mamapu memberikan unsur pendidikan pada
anak dengan biaya murah dan hasil yang memusakan.
Hal yang sama dikatakan Rudi Co rens dari Museum Anak Kolong Tangga Yogyakarta. Menurutnya , permainan tradisional
di Indonesia pada dasarnya hanya sedikit yan g menitikberatkan sekedar
unsur relaksasi. Kebanyakan, permainan justru diarahka n sebagai aspek
persiapan anak untuk mempersiapkan kehidupan selanjutnya. Banyak hal
yang terkandung dala permainan tradisional seperti panutan
hidup. Materi, proses, dan fungsi yang dimiliki maninan tradisional
juga merupakan media yang tepat untuk belajar.
Lewat permainan tradisional,
tidak perlu paksaan. Anak bisa bermain ceria. Setelah permainan usai,
tanpa mereka sadari ada bekal yang didapatnya, ujar Rudi.
Menurut
Menurut Mohammad Zaini Alif dari Komunitas Hong , ada banyak hal yang
bisa diambil dari mainan tradisional. Permainan tradisional memberikan
pembelajaran kepada anak mengenai pentingnya menjaga lingkungan,
menghormati sesama, hingga cinta kepada Tuhan. Contohnya adalah
permainan Sunda seperti jajangkungan, hatong , celempung, dan kolecer.
Mainan
tradisional juga dekat dengan alam dan memberikan kontribusi bagi
pengembangan pribadi anak. Permainan tradisional yang bisa dibuat
sendiri melatih kreativitas dan tanggung jawab anak.(CHE)
Manfaat Permainan Tradisional
Dibalik permainan yang terkesan sederhana, sebenarnya permainan
tradisional memiliki manfaat yang baik untuk perkembangan pertumbuhan
anak. Banyak hal yang di dapat dari seorang anak dari sebuah permainan
tradisional lewat proses bermain. Dalam hal ini si anak terlibat secara
langsung baik fisik maupun emosi sehingga sangat mempengaruhi masa
pertumbuhannya.
Adapun manfaat dari permainan tradisional adalah sebagai berikut :
- Mengembangkan kecerdasan intelektual.
Banyak permainan anak yang dapat mengembangkan kecerdasan intelektual
biasanya dalam proses pembuatan alat permainan tradisional, contohnya
permainan layang-layang. Seorang anak yang membuat layang-layang
disadari atau tidak mereka mengunakan daya rasionalnya dalam membuat
sebuah layang-layang untuk bisa diterbangkan. Untuk bisa terbang
layang-layang harus seimbang anatara sisinya. Namun sayangnya
layang-layang dewasa ini banyak yang diperjual belikan sehingga seorang
anak cenderung berfikir instan.
- Mengembangkan kecerdasan emosional.
Dalam sebuah permainan tradisional selain melatih kecerdasan intelektual
juga dapat mengembangkan kecerdasan emosi seorang anak. Anak terlibat
dalam sebuah permainan yang berbentuk kelompok, seperti petak umpet, bentengan, maupun
yang lainnya, di dalamnya akan ada proses saling mempengaruhi dan
mengatur satu sama lain yang hal ini dapat pula membentuk jiwa-jiwa
kepemimpinan.
- Mengembangkan daya kreatifitas.
Kebanyakan alat permainan tradisional sangat sederhana dan mudah di
dapat. Namun lewat hal ini seorang anak dapat terlatih daya
kreatifitasnya dalam menjadikan sebuah alat dalam permainan tradisional.
Misalnya mobil-mobilan yang terbuat dari serabut kelapa maupun jeruk
bali. Hal ini tentu dapat menunjang daya kreatifitas anak.
- Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan.
Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka. - Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut. - Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
- Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa Cici-Cici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.
- Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan:
- Mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain,
- Nyaman dan terbiasa dalam kelompok.
Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:
- Bebentengan,
- Adang-Adangan,
- Anjang-Anjangan
- Kasti.
- Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:
- Engklek
- Congkak
- Macan/Dam Daman
- Lompat tali/Spintrong
- Encrak/Entrengan
- Bola bekel
- Tebak-Tebakan
- Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari,menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah:
- Nakaluri
- Adang-Adangan
- Lompat tali
- Baleba
- Pulu-Pulu
- Sorodot Gaplok
- Tos Asya
- Heulang jeung Hayam
- Enggrang
- Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
- Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.
- Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
- Engrang terbuat dari bambu
- Encrak menggunakan batu
- Bola sodok menggunakan bambu
- Parise terbuat dari bambu
- Calung terbuat dari bambu
- Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
- Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).
- Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
- Ucang-Ucang Angge
- Enjot-Enjotan
- Calung
- Ambil-Ambilan
- Tari Tempurung
- Berbalas Pantun
- Wayang
- Pur-Pur Sadapur
- Oray-Orayan
- Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
- Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
- Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih dewasa.
- Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
- Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.
- Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para pemainnya/anak-anak.
- Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
0 komentar:
Post a Comment