Melatih disiplin pada anak tidak harus seperti melatih tentara. Gunakan tabel bonus dan hukuman agar menyenangkan dan tidak menjadi beban.
Alangkah repotnya bila setiap pulang kantor Anda masih punya pekerjaan ekstra untuk mengingatkan anak, dari membereskan mainannya sampai menggosok gigi sebelum tidur. Padahal sebenarnya kebiasaan itu bisa dilatih lewat penanaman disiplin. "Konsep tentang disiplin ini pada dasarnya bisa diajarkan sedini mungkin," kata Jacinta F. Rini, Psi dari Harmawan Consulting.
KONSEP DISIPLIN PADA ANAK
Perkembangan moral seseorang dimulai dari tahapan takut akan hukuman, kemudian malu dengan lingkungan sekitar, barulah tumbuh sebuah kesadaran. Pada orang dewasa, kesadaran itu telah tumbuh, sehingga saat dia melakukan sesuatu, dia menyadari bahwa manfaat kedisiplinan itu akan kembali ke dirinya lagi.
Nah, pada anak prasekolah, perkembangan moralnya belum sampai di tahapan itu. Orang tua masih perlu menetapkan batasan nilai karena, "Pada anak usia tersebut batasan perilaku yang dimilikinya adalah kelakuan baik, kelakuan buruk, reward atau penghargaan dan punishment atau hukuman. Jadi belum atas dasar kesadaran," rinci Rini.
LANGKAH-LANGKAH PENGAJARAN
Kedisiplinan pada anak tidak secara otomatis tumbuh, tapi awalnya adalah rutinitas yang dilakukan secara konsisten setiap hari. Melatih kedisiplinan bisa dimulai dengan hal-hal kecil sebagai berikut:
Sejak awal orang tua harus melakukan pola yang sama, dan urutan aktivitas ini dilakukan rutin dan konsisten. Jadi seisi rumah setiap hari harus bangun, lalu merapikan tempat tidur, mandi kemudian sarapan. Dengan begitu ia akan memahami pola yang berulang tersebut, dan tidak ada kejadian hari ini setelah bangun tidur, lalu sarapan dulu, baru mandi dan sebagainya. Beri batasan waktu yang jelas, dan segala konsekuensinya bila hal tersebut dilanggar.
* Membereskan mainan, mengembalikan buku atau barang lain ke tempat semula.
Ajarkan pada anak untuk selalu mengembalikan buku yang telah selesai "dibacanya" ataupun mainan yang telah selesai digunakannya. Kalau misalnya anak masih juga melanggar, beri hukuman yang sesuai dengan kesepakatan bersama anak. Misalnya mengurangi waktu bermainnya, dan sebagainya.
* Makan di meja makan
Jadikan makan di meja makan sebagai kebiasaan bersama seluruh keluarga. Jangan sampai orang tua "memaksa" anak untuk makan dengan duduk manis di kursi makan, sementara dia sendiri makan sambil menonton TV di ruang keluarga. Ciptakan suasana yang menyenangkan tiap kali acara makan ini berlangsung, sehingga anak ingin selalu mengulanginya, misalnya dengan membiarkan anak makan makanannya sendiri, walaupun bisa jadi makanannya berantakan, tapi biarkan ia mengulanginya.
* Membatasi waktu bermain (nonton TV, main video games, main sepeda)
Beri batasan waktu yang jelas dari jam berapa sampai jam berapa dia boleh bermain setiap harinya, dan buat juga sebuah kesepakatan bagaimana seandainya hal tersebut dilanggar.
TABEL BONUS DAN TABEL HUKUMAN
Kedua orang tua harus konsisten dan sepaham saat menjalankan kesepakatan tersebut. Bisa jadi, sekali dua kali anak akan merengek meminta "diskon". Hadapi mereka dengan sikap yang tegas, karena sekali orang tua luluh menghadapi rengekan anak, bisa jadi besok ia akan mengulang hal sama demi memenuhi keinginannya.
Melatih disiplin pada anak bisa dibuat menyenangkan dengan membuat tabel bonus dan hukuman. Dengan menggunakan tabel ini anak dapat melihat dengan lebih konkret konsekuensi pelanggaran yang dia lakukan. Jika kita sekadar marah-marah, anak lebih sering bingung karena kemarahan orang tua adalah sesuatu yang lebih abstrak daripada konsekuensi langsung yang harus diterimanya.
Jelaskan pada anak tentang tabel bonus (lihat tabel) ini dan aturan mainnya:
* "Ini adalah tabel bonus, dan aturan mainnya."
* "Kita akan tempelkan tabel ini di pintu kulkas."
* "Tiap kali kamu melakukan aktivitas yang tertulis dalam daftar dengan tepat, maka kamu boleh menggambar satu gambar bintang di tabel ini."
* "Daftar bintang itu kemudian kita jumlahkan tiap minggu, supaya tahu berapa bintang yang telah kamu kumpulkan."
* "Kita buat kesepakatan bersama pembagian bonusnya untuk masing-masing kegiatan. Misalnya, dalam satu minggu kamu mengumpulkan;
H 1-2 bintang = Tidak ada bonus
H 3-4 bintang = Boleh nonton VCD kartun 2 kali di hari Sabtu.
H 5-7 bintang = Makan pizza di hari Minggu."
* "Tiap hari Minggu kita akan membuat daftar bonus yang baru, tapi tentu saja disesuaikan dengan kondisi yang ada." (Dengan begitu anak akan "berjuang" mendapatkan bonus yang diinginkannya dengan cara mendisiplinkan diri).
Sebaliknya, jika ia melanggar aturan yang disekapati ia harus diberi hukuman harian dengan mengurangi kesenangannya. Jika daftar penghargaan (bonus) bisa diberikan tiap minggu, maka daftar hukuman sebaiknya diberikan harian.
Uraikan peraturan-peraturan yang harus dilakukan anak tiap harinya. Lalu, jelaskan tabel hukuman (lihat tabel) ini pada anak, dengan mengatakan :
* "Tabel hukuman ini akan Mama tempel di samping tabel bonus di pintu kulkas"
* "Kalau kamu melanggar peraturan, Mama akan memberikan tanda X pada kotak A."
* "Kalau kamu masih melakukannya lagi, maka Mama akan memberikan tanda X pada kotak B."
* "Kotak A, B, C, itu sebagai dispensasi kalau 3 kali kamu melanggar peraturan, belum ada hukuman yang harus kamu terima."
* "Tapi kalau kamu sudah melanggar lebih dari tiga kali, maka kamu akan kehilangan kesenanganmu sepanjang sisa hari itu, misalnya kamu tidak boleh main sepeda, pergi bermain ke taman, dan setelah 8 kali, kamu tidak boleh tidur sama Mama malamnya."
* "Tujuan peraturan itu dibuat untuk mengingatkan kamu, kalau kamu tidak mau menerima hukuman, maka sebaiknya mulai mematuhi peraturan yang telah kita buat sama-sama."
Lakukan permainan ini serelaks mungkin dengan melibatkan seluruh keluarga. Menurut Rini, "Anak yang dilatih berdisiplin dalam suasana menyenangkan akan berbeda hasilnya dari anak yang dilatih dalam suasana tegang, di mana orang tuanya menunjukkan sikap otoriter dan penuh emosi."
Anak yang mengikuti latihan disiplin dalam suasana relaks dan merasa senang, akan tumbuh menjadi pribadi yang well organized, menganggap bahwa kedisiplinan adalah sebuah kebutuhan dan hidupnya akan nyaman karena segala sesuatunya berjalan dengan teratur.
Sedangkan anak yang ditekan oleh orang tua otoriter untuk selalu berdisiplin akan menjalaninya dengan rasa takut. Nantinya ia akan tumbuh menjadi pribadi "asal tidak dimarahi orang tua". Dia tidak mempunyai rambu-rambu internal dari dalam dirinya, harus ada figur yang "menakutkan" buat dia, baru kemudian dia mau menjalani peraturan yang ada. Dengan kata lain, semua harus ada hukumannya dulu baru dia mau menjalankan, karena pada dasarnya ia tidak memiliki tanggung jawab dari dalam diri.
TABEL BONUS | ||||||||
Kegiatan | Senin | Selasa | Rabu | Kamis | Jumat | Sabtu | Minggu | Jumlah |
Bangun Pagi | ||||||||
Merapikan tempat tidur | ||||||||
Mandi | ||||||||
Sarapan | ||||||||
Tidur siang | ||||||||
Membereskan mainan | ||||||||
Mandi sore | ||||||||
Nonton TV | ||||||||
Cuci tangan, cuci kaki, gosok gigi, tidur |
TABEL HUKUMAN | |||||||
A | B | C | D | E | F | G | H |
Bersepeda | Pergi bermain ke taman | Nonton TV | Makanan ringan | Tidur sama Mama |
tag : Cara Melatih kedisiplinan anak
MENDISIPLINKAN ANAK
MENGAJARI ANAK DISIPLIN
CARA MEMBUAT ANAK DISIPLIN
MENGAJARI KEDISIPLINAN KEPADA ANAK
CARA MEMBUAT DISIPLIN ANAK
MELATIH DISIPKIN BERSAMA PENGASUH
KASIH SAYANG, KUNCI DISIPLIN
DISIPLIN MEMBUAT ANAK BAHAGIA
AGAR DISIPLIN EFEKTIF
MELATIH ANAK DIDIPLIN
0 komentar:
Post a Comment