solusi broken home | dampak, Pada umumnya, faktor-faktor pemicu yang menyebakan
keluarga broken home adalah kesibukan kedua orang tua dimana ayah dan
ibu bekerja untuk mencari nafkah sehingga kurangnya komunikasi antara
anak dan orang tua. Orang tua berpikir anak hanya memerlukan materi,
padahal hal yang paling penting yang di butuhkan seorang anak dari orang
tua adalah perhatian dan kasih sayang. Broken home merupakan keadaan
dimana tidak terjadinya hubungan yang baik antara orang tua dan anak
sehingga menyebakan keluarga menjadi berantakan.
Faktor pemicu lainnya
antara lain pertengkaran orang tua yang terjadi karena ketidakcocokan
yang biasanya berujung pada perceraian. Istilah “broken home” biasanya
di gunakan bagi orang tua yang tidak peduli dengan situasi dan kondisi
di rumah, keseharian maupun perkembangan anaknya.
solusi broken home | dampak, Fenomena broken home ini memang tidak dapat dianggap sepele atau bukan untuk diabaikan dan dibiarkan berlalu begitu saja.
Broken home dapat mengakibatkan, antara lain:
1. Psychological disorder (Gangguan Psikologis).
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak broken home
akan mengalami gangguan secara psikologis. Meskipun kebutuhan fisiologi
terpenuhi dengan baik, anak tidak akan berkembang dengan baik ketikan
kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. Anak broken home memiliki
kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil,
tempramen, emosional, sensitif, apatis, dan lain-lain.
2. Academic problem (masalah akademik).
Faktor motivasi eksternal terbesar untuk anak adalah keluarga. Dan ketika keluarga mengalami disfungsional maka anak broken home akan
cenderung menjadi pemalas dan memiliki motivasi berprestas yang rendah.
Hal ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji Baroto.
Pengambilan
data dilakukan dengan studi dokumentasi terhadap buku pribadi siswa dan
penyebaran angket untuk mengungkap motivasi belajar siswa. Pengolahan
data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyeleksian data, penyekoran
serta analisis dengan cara mengelompokkan data dan menggunakan teknik
uji t perbedaan dua rata-rata yang menghasilkan kesimpulan bahwa :
a. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa berasal dari keluarga broken home dengan motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.
b. Motivasi belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada motivasi belajar siswa dari keluarga utuh.
c. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
3. Behavioral problem (perilaku menyimpang).
Anak broken home adalah anak yang memang kurang perhatian. Akibatnya anak memiliki self esteem dan self confident rendah, konsep dirinya pun negatif. Begitu di luar (rumah), anak semacam over kompensasi, mencari pengakuan dan penghargaan diri dari lingkungan sekitarnya, sehingga anak broken home memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya, misalnya dengan mulai merokok, minum minuman keras, judi, free sex (seks bebas). Mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut tanpa
pernah tahu apa yang baik dan yang buruk. Persis seperti seorang anak
yang menangis dan butuh pelukan ibunya, tapi dia tidak mendapatkannya, oleh karena itu anak broken home akan berterimakasih kepada siapapun yang mau memeluknya, dan kadang wujud si ibu itu adalah ‘narkoba’ dan ’seks bebas’.
1. Orang tua melakukan tindakan preventif, yaitu dengan:
a. Menanamkan rasa disiplin
b. Memberikan kasih sayang dari kedua orang tua serta pengawasan dan perlindungan terhadap anak
c. Menjaga keintiman keluarga.
d. Memberikan pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
e. Secara rutin melakukan rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
f. Melakukan pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Orang tua melakukan tindakan represif, yaitu dengan:
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau konselor) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
Anak
adalah aset yang berharga, generasi penerus bangsa yang memiliki hak
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Dan semua itu bergantung pada
keluarga. Sudah selayaknya orang tua menyadari bahwa mereka memiliki
kebutuhan yang tidak sebatas pada kebutuhan materi, tetapi juga
kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian orang tua. Meskipun ada
beberapa anak broken home yang mempu bertahan dan tidak melakukan
penyimpangan, namun orang tua hendaknya mampu mempertimbangkan
kepentingan dan hak-hak anak ketika akan melakukan sesuatu. Broken home adalah permasalahan yang bersumber dari keluarga, oleh karena itu solusi
terbaik untuk anak-anak tersebut bukanlah psikolog, guru dan ulama,
melainkan orang tua yaitu ayah dan ibunya di rumah yang dapat berperan
dan berfungsi selayaknya orang tua.
Tentunya kita harus
tahu bahwa sebenarnya tidak ada orang yang menginginkan pernikahan yang
berakhir dengan perceraian. Jadi, jangan pernah menyalahkan orang tua
atas segala sesuatu yang telah terjadi. Tidak kita pungkiri, broken home
ataupun perceraian memang sangat menyakitkan.
“Saya sangat sedih dan
frustrasi karena kedua orang tua saya sering bertengkar hingga suatu
saat mereka memilih untuk bercerai. Ketika itu, saya sangat tidak setuju
dengan keputusan mereka, tetapi mereka telah memilih perceraian sebagai
jalan yang terbaik. Cukup lama saya berlarut dalam kesedihan hingga
suatu saat saya sadar. Perceraian bukanlah akhir dari segalanya. Saya
mulai belajar hidup mandiri dan belajar untuk lebih dewasa dalam
menghadapi masalah. Dari perceraian dan pengalaman kedua orang tua saya,
saya belajar dari semua itu dan bertekad akan membangun sebuah keluarga
yang harmonis dan tentunya mendidik anak saya dengan kasih sayang suatu
saat nanti.” Lala (Contoh), 17tahun.
Pendapat di atas di
kemukakan oleh anak korban perceraian kedua orang tua nya. Tidak kita
pungkiri, perceraian biasanya memang berdampak buruk terhadap anak,
tetapi tidak sedikit dari mereka yang berhasil bahkan sukses dengan
latar belakang keluarga yang broken home. Jadi, keluarga yang broken
home bukan merupakan alasan agar kita berhenti untuk berkarya, melainkan
harus menjadi pemicu agar dapat menjadi lebih baik lagi. Perlu di
ketahui, keluarga yang broken home ataupun perceraian orang tua bukanlah
akhir dari segalanya. Setiap masalah yang terjadi pasti memiliki
pelajaran berguna yang mungkin bisa kita petik manfaatnya. Dari sebuah
keluarga yang broken home, seorang anak bisa belajar dari pengalaman
pahit kedua orang tuanya sehingga kedepannya ia bisa menjadi seorang
pribadi yang lebih baik lagi.
Berpikirlah positif
bahwa sebuah perceraian tidak boleh di jadikan alasan sehingga kita
terjerumus ke dalam sesuatu hal negatif yang tentunya akan merugikan
kita di kemudian hari. Perceraian orang tua memang merupakan suatu
masalah yang berat bagi keluarga, tetapi jangan pernah berlarut-larut
dalam kesedihan. Bagaimanapun juga, hidup akan terus berjalan.
Kehancuran dalam keluarga bukanlah kehancuran dalam segala aspek
kehidupan. Anggaplah itu semua sebagai cobaan yang membuat kita menjadi
lebih kuat, tabah, dan sabar dalam mengahadapi masalah.
berdoa lah
Biarkan cinta bersujud kepada Allah sehingga cinta menjadi tak
bersyarat, kuat tangguh, tak lekang oleh waktu. justru Allah menguji
kita melalui orang-orang yg kita cintai menyakiti, mengkhianati kita
namun akhirnya kembali menyesal meminta bantuan kita kemudian kitapun
memaafkan, menguatkan menolongnya. Itulah cinta, tak bersyarat apapun.
Ada Ibu muda mengeluhkan perkawinannya yang terbilang muda sedang
dihadapkan masalah. Semasa gadisnya adalah orang yang mendiam, merasa
memiliki banyak kekurangan, berasal dari keluarga ‘broken home.’ Sampai
kemudian mengenal seorang pemuda yang mampu membuatnya menjadi periang
sampai kemudian menikah. Di awal perkawinan terasa indah, dengan dihiasi
canda tawa bersama-sama. Namun semua itu perlahan menjadi berubah,
ditengah kesibukan masing2 bekerja, jarang ada percakapan, apalagi
sampai bercanda. Bukan karena cinta telah hilang tetapi lebih karena
berhati-hati agar tidak melukai perasaan suami.
Terkadang suami melontarkan kata-kata kasar. Dia sebagai istri
takut salah ngomong atau menyinggung perasaan pasangan hidupnya. Pernah
dulu sewaktu belum menikah, Ibu mertuanya mengingatkan agar bersabar
karena suaminya adalah orang yang inconstant karena itu istri lebih
memilih diam daripada berlarut2 dalam pertengkaran. Sang istri
mengerti maksud suami mengingatkan atau menasehati tetapi seringkali
istri tersakiti hatinya oleh ucapan suami yang kasar. Disaat seperti
itulah istri merasa bersalah berdosa karena telah membuat marah suami.
Tak bisa memberikan support, tak bisa menjadi yang terbaik sebagai
pendamping hidup bagi suaminya. “Ya Allah, Kenapa terasa berat menjalani
hidup ini?” Jeritan hatinya.
Ditengah keterlukaan, perih dan kecewa. Keberserahan diri, membiarkan
cintanya bersujud kepada Allah. Dalam kesendirian dia banyak
berintropeksi diri, betapa dirinya jauh dari Allah. Ibadah sholat fardhu
tidak pernah ditunaikan dengan baik, kehidupan rumah tangga kering
kerontang dari tuntunan agama. Nikmat materi yang berlimpah tidak pernah
disyukuri sehingga membuat terasa hambar didalam hidupnya. Perlahan
mengokohkan imannya. Sholat fardhu dikerjakan dengan tertib. Kepedulian
terhadap orang-orang yang membutuhkan lebih mudah dilakukan. Pada satu
kesempatan di Rumah Amalia juga berbagi dengan berharap Allah memberikan
ketenteraman kebahagiaan pada keluarganya. Disaat cinta bersujud
kepada Allah. Perangai suaminya mulai berubah. Cinta dan kasih sayang
menjadi tumbuh dan berbuah. Kebahagiaan di dalam keluarga, pasangan
suami istri itu menjadi kokoh mengarungi bahtera kehidupan dalam
menghadapi badai gelombang kehidupan hanya dengan menyandarkan diri
kepada Allah. Komunikasi, saling menyesuaikan diri dengan pasangan,
pengorbanan, ingin selalu memberi, memaklumi memaafkan hanya akan hadir
bila di dalam hati mereka ada keimanan pada Allah maka Allah
melimpahkan keindahan dalam keluarganya.
“Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang2 yang sabar, yaitu orang2 yang
apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, ‘Inna lillahii wa innaa
ilaihi raajiuun’ (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNya
kami kembali). Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurnah
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang2 yang mendapatkan
petunjuk.”(QS. al-Baqarah : 155-157).
tag : solusi broken home | dampak, mengatasi solusi broken home | dampak, mengatasi KDRT, solusi terbaik broken home | dampak, solusi broken home | dampak, solusi broken home | dampak,
0 komentar:
Post a Comment