Sewindu terakhir, masyarakat internasional akrab dengan akronim BRICS. Istilah itu adalah kumpulan negara yang dianggap sebagai kekuatan ekonomi baru dunia, yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Rupanya, perkembangan terakhir menunjukkan kemungkinan peta itu mulai berubah. Indonesia diprediksi masuk pada jajaran calon negara maju.
Prediksi itu muncul dalam salah satu laporan khusus majalah Time edisi 23 April 2012. Indonesia tidak sendirian. Ada dua negara lain yang dinilai bakal meraih peningkatan perekonomian yang menjanjikan beberapa tahun ke depan, yaitu Turki dan Filipina.
Indonesia berdasarkan survei Lembaga Investasi Morgan Stanley memiliki pertumbuhan Produk Domestik Bruto paling stabil. Pertumbuhan ekonomi negara ini bahkan terus meningkat selama tiga tahun terakhir.
Merujuk pendapat Ruchir Sharma selaku kepala divisi riset Morgan Stanley, gembar-gembor BRICS selama ini tidak seperti yang dibayangkan. China yang pada pada 2003-2007 selalu mencatat pertumbuhan ekonomi lebih dari delapan persen mulai menurunkan laju perekonomiannya. Hal itu ditandai dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen Jiabao yang bulan lalu mengumumkan penurunan target pertumbuhan ekonomi jadi 7,5 persen di hadapan Kongres Nasional Partai Komunis.
Menurut Sharma, fenomena ini tidak perlu dianggap sebagai kekeliruan ramalan kekuatan ekonomi dunia baru. Tren penurunan itu merupakan fenomena wajar dan sepatutnya terjadi, karena dalam perputaran investasi global saat ini.
"Stabilitas pertumbuhan ekonomi sejatinya selalu bergantung pada tiap-tiap negara, peluang itu bisa dimanfaatkan oleh negara-negara yang selama ini tidak dianggap sebagai kekuatan dunia baru," tulis Sharma dalam laporan khusus itu.
Berkaca pada situasi makro itulah, Indonesia, bersama Filipina dan Turki dinilai memiliki masa depan cerah, meski tidak akan langsung menjadi yang terbaik.
Time memprediksi India dan China masih yang terdepan. Dua negara itu diramalkan menjadi kekuatan dominan dunia di periode 2030 hingga 2050.
Rupanya, perkembangan terakhir menunjukkan kemungkinan peta itu mulai berubah. Indonesia diprediksi masuk pada jajaran calon negara maju.
Prediksi itu muncul dalam salah satu laporan khusus majalah Time edisi 23 April 2012. Indonesia tidak sendirian. Ada dua negara lain yang dinilai bakal meraih peningkatan perekonomian yang menjanjikan beberapa tahun ke depan, yaitu Turki dan Filipina.
Indonesia berdasarkan survei Lembaga Investasi Morgan Stanley memiliki pertumbuhan Produk Domestik Bruto paling stabil. Pertumbuhan ekonomi negara ini bahkan terus meningkat selama tiga tahun terakhir.
Merujuk pendapat Ruchir Sharma selaku kepala divisi riset Morgan Stanley, gembar-gembor BRICS selama ini tidak seperti yang dibayangkan. China yang pada pada 2003-2007 selalu mencatat pertumbuhan ekonomi lebih dari delapan persen mulai menurunkan laju perekonomiannya. Hal itu ditandai dengan pernyataan Perdana Menteri China Wen Jiabao yang bulan lalu mengumumkan penurunan target pertumbuhan ekonomi jadi 7,5 persen di hadapan Kongres Nasional Partai Komunis.
Menurut Sharma, fenomena ini tidak perlu dianggap sebagai kekeliruan ramalan kekuatan ekonomi dunia baru. Tren penurunan itu merupakan fenomena wajar dan sepatutnya terjadi, karena dalam perputaran investasi global saat ini.
"Stabilitas pertumbuhan ekonomi sejatinya selalu bergantung pada tiap-tiap negara, peluang itu bisa dimanfaatkan oleh negara-negara yang selama ini tidak dianggap sebagai kekuatan dunia baru," tulis Sharma dalam laporan khusus itu.
Berkaca pada situasi makro itulah, Indonesia, bersama Filipina dan Turki dinilai memiliki masa depan cerah, meski tidak akan langsung menjadi yang terbaik.
Time memprediksi India dan China masih yang terdepan. Dua negara itu diramalkan menjadi kekuatan dominan dunia di periode 2030 hingga 2050.
0 komentar:
Post a Comment