Gempa pada 6,0 skala Richter (SR) di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Minggu dinihari (15/4), pukul 02:26:39 WIB, tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
"Lokasi 7.17 LS-105.13 BT, 95 KM Barat Daya Pandeglang-Banten, di selat Ujung Kulon, kedalaman 10 KM, tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu.
Gempa dirasakan sekitar 3 detik di daerah Pandeglang, wilayah Banten, Jakarta, dan sekitarnya. Gempa juga sempat dirasakan 2 kali oleh warga di Kecamatan Cibaliung, Pandeglang.
"Intensitas goncangan gempa II-III MMI (lemah), warga beraktifitas normal, tidak ada kepanikan berarti, tidak ada korban jiwa, dan kerugian materi," ujarnya.
Dari analisa BNPB, gempa terjadi di ujung utara dari bidang kontak dari lempeng Indo-Australia dengan Pulau Jawa dan merupakan gempa subduksi. Cirinya, terlihat dari arah jurusan gempa di atas 300 derajat, kedalaman lebih dari 40 kilo meter, dan mekanismenya sesar naik (thrust).
Dikatakan Sutopo, berdasarkan analisis para pakar gempabumi ITB, selama tahun 2011 telah beberapa kali terjadi gempa yang mirip, yakni 12 Januari 2011 dan 30 Desember 2011. Gempa-gempa itu membuktikan bahwa subduksi di Selat Sunda secara tektonik aktif. Sadangkan adanya daerah kekosongan kegempaan (seismic gap) di bagian barat dayanya (Selat Sunda), berpotensi menghasilkan bencana di masa depan, sehingga masyarakat diwajibkan untuk terus waspada.
"Hingga pukul 08:15 WIB, belum ada laporan kerusakan akibat gempa," pungkasnya
"Lokasi 7.17 LS-105.13 BT, 95 KM Barat Daya Pandeglang-Banten, di selat Ujung Kulon, kedalaman 10 KM, tidak berpotensi tsunami," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, di Jakarta, Minggu.
Gempa dirasakan sekitar 3 detik di daerah Pandeglang, wilayah Banten, Jakarta, dan sekitarnya. Gempa juga sempat dirasakan 2 kali oleh warga di Kecamatan Cibaliung, Pandeglang.
"Intensitas goncangan gempa II-III MMI (lemah), warga beraktifitas normal, tidak ada kepanikan berarti, tidak ada korban jiwa, dan kerugian materi," ujarnya.
Dari analisa BNPB, gempa terjadi di ujung utara dari bidang kontak dari lempeng Indo-Australia dengan Pulau Jawa dan merupakan gempa subduksi. Cirinya, terlihat dari arah jurusan gempa di atas 300 derajat, kedalaman lebih dari 40 kilo meter, dan mekanismenya sesar naik (thrust).
Dikatakan Sutopo, berdasarkan analisis para pakar gempabumi ITB, selama tahun 2011 telah beberapa kali terjadi gempa yang mirip, yakni 12 Januari 2011 dan 30 Desember 2011. Gempa-gempa itu membuktikan bahwa subduksi di Selat Sunda secara tektonik aktif. Sadangkan adanya daerah kekosongan kegempaan (seismic gap) di bagian barat dayanya (Selat Sunda), berpotensi menghasilkan bencana di masa depan, sehingga masyarakat diwajibkan untuk terus waspada.
"Hingga pukul 08:15 WIB, belum ada laporan kerusakan akibat gempa," pungkasnya
0 komentar:
Post a Comment