Gempa besar yang terjadi Rabu, 11 April 2012 berpotensi mempercepat terjadinya gempa besar di Padang. Masyarakat diminta tidak panik dan tetap waspada. 80% energi gempa di sumatra masih belum dilepaskan semua jadi ini baru 20% nya.
Ahli gempa dari Program Studi Geodesi Institut Teknologi Bandung Irwan Meilano mengatakan, gempa Rabu ini dipicu oleh mekanisme sesar mendatar. Mekanisme ini terjadi akibat gesekan dua sisi patahan pada bidang horizontal. Pergerakan seperti ini umumnya tidak memicu tsunami. Hal ini menjelaskan kenapa gempa dangkal berkekuatan besar seperti yang terjadi kali ini tidak menimbulkan tsunami besar seperti pada 2004.
Meski ancaman tsunami kecil, ancaman besar lain segera muncul. Peraih gelar doktor ilmu kebumian dari Nagoya University, Jepang, ini mengatakan gempa menyebar energi ke daerah lain termasuk ke zona subduksi yang berada di sepanjang pantai barat Sumatera.
"Energi yang disebarkan menambah stress (tekanan) pada megathrust," ujar dia kepada Tempo, hari ini.
Megathrust di Sumatera adalah kawasan yang selama ini banyak dipelajari oleh peneliti gempa. Kawasan ini terbentuk ketika lempeng Indoaustralia menunjam lempeng Eurasia. Penunjaman ini menyimpan energi sangat besar yang bisa dilepaskan sewaktu-waktu sebagai gempa besar. Gempa 9 Skala Richter pada 2004 yang melanda Aceh merupakan megathrust yang berasal dari zona subduksi di pantai barat Aceh.
Data gempa yang dimiliki Irwan memperlihatkan, gempa berpusat 400 kilometer dari Meulaboh atau 100 kilometer dari zona subduksi Aceh. Gempa susulan berkekuatan lebih kecil bergerak menjauh ke barat. Pusat gempa susulan berada 550 kilometer dari Meulaboh atau 250 kilometer dari zona subduksi.
"Bidang gempa berada di pita sepanjang 250 kilometer dan menjalar menjauhi Sumatera," kata dia.
Pergerakan gempa yang menjauhi Sumatera menyebabkan penyaluran energi ke zona subduksi menjadi lebih kecil. Akibatnya, tekanan di zona penunjaman di lepas pantai Aceh tak akan maksimal. Zona megathrust Aceh ini sendiri sedang mengalami proses pelemasan sejak gempa besar terjadi pada 2004 lalu.
Jika zona subduksi Aceh aman, zona lain justru mendapat ancaman. Irwan menunjuk segmen megathrust di barat Padang justru semakin tertekan akibat penjalaran energi gempa kali ini. Segmen ini sejak lama dipantau peneliti karena berpotensi mengguncang Sumatera dengan getaran sebesar 8,8 Skala Richter.
Energi yang disalurkan gempa Aceh, diperkirakan akan mempercepat terlepasnya energi di segmen Mentawai. Namun, tak akan terjadi pertambahan energi yang akan terlepas dari segmen ini.
"Proses penyaluran energi gempa kali ini mempercepat periode gempa Padang. Gempa besar akan lebih cepat terjadi, tetapi kekuatan gempa tak akan bertambah," ujar dia.
Ahli tsunami dari Program Studi Osenografi ITB menyebutkan, tsunami dari mekanisme sesar mendatar biasanya berukuran kecil. Hal ini berbeda dengan mekanisme thrust yang terjadi pada gempa 2004 di Aceh yang menyebabkan pergeseran vertikal signifikan yang memicu tsunami besar.
Meski demikian, tsunami dari daerah di luar zona subduksi pernah terjadi di Sumbawa pada 1977. Hal ini membuktikan tsunami dari daerah di luar zona subduksi tetap mengancam Indonesia. Kawasan tsunami di luar zona subduksi ini berada di sisi sisi luar zona subduksi.
"Artinya Sumatera, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara terancam oleh tsunami seperti yang terjadi Rabu ini," ujar dia saat dihubungi hari ini.
Ia menjelaskan, tsunami terbentuk ketika dasar laut berubah akibat gempa. Gempa di kawasan subduksi diibaratkan seperti tabrakan dua benda. Tsunami dari zona subduksi berasal dari benda yang ditabrak, dalam hal ini lempeng Eurasia. Sementara tsunami dari luar zona subduksi berasal dari benda yang menabrak, dalam hal ini lempeng Indoaustralia.
Untuk mengetahui apakah gempa Rabu ini mempengaruhi zona Subduksi, ia menganjurkan dilakukan analisis citra baltimetri terhadap kawasan sumber gempa. Dari analisis ini bisa diketahui bagaimana mekanisme tsunami kecil terjadi dan dampaknya pada kawasan lempeng tak stabil di dekat Sumatera.
0 komentar:
Post a Comment