Inilah Alasan Jepang Tak Gunakan Robot dalam Krisis Nuklir
Senin, 21 Maret 2011 | 06:34 WIB
Tokyo – Jepang telah membuat robot untuk bermain biola, berlari marathon hingga memimpin upacara pernikahan, namun tak ada satupun robot yang diterjunkan untuk membantu memperbaiki reaktor nuklir di Fukushima yang meledak dan bocor. Perusahaan listrik yang mengelola pembangkit listrik tenaga nuklir Dai-ichi di Fukushima sama sekali tidak mempekerjakan robot untuk menghadapi kondisi darurat. Padahal robot umum digunakan di industri bertenaga nuklir yang berbahaya, bahkan insinyur Uni Eropa membuat robot yang dapat memanjat dinding menembus medan radioaktif.
Sekitar 200 teknisi tetap tinggal sementara pegawai lain dievakuasi. Tim berani mati ini harus terus mendinginkan reaktor dan bahan bakar nuklir bekas di tengah risiko radiasi tinggi.
Seorang pejabat kementerian sains mengatakan ada robot yang digunakan untuk mendeteksi tingkat radiasi di lokasi reaktor yang meledak, namun Hidehiko Nishiyama dari badan keamanan nuklir membantahnya. “Kami tak memperoleh laporan adanya penggunaan robot,” ujarnya.
Robot itu akan sangat berguna Kamis pagi ketika pekerja pemantau radiasi harus menjauh karena kondisi reaktor terlalu panas bagi manusia. Dalam dua bencana nuklir sebelumnya di Three Mile Island dan Chernobyl, robot telah digunakan.
Sebenarnya Jepang adalah salah satu pemimpin di bidang robotika. Mesin pintar itu telah digunakan dalam proses manufaktur paling rumit sampai menerobos puing untuk mencari korban gempa.
Meski Jepang terkenal dengan teknologi canggihnya, bangsa itu juga tetap memelihara unsur tradisi masyarakatnya yang mengandalkan keahlian manusia untuk tugas-tugas yang telah diserahkan pada mesin di negara-negar barat, seperti mengoperasikan elevator dan memperingatkan pengendara kendaraan bermotor pada proyek konstruksi jalan.
Kim Seungho, perekayasa robot untuk pembangkit listrik tenaga atom Korea Selatan mengatakan ketika sebuah PLTN dibangun, para insinyur juga harus mendesain robot emergency. “Sehingga mereka bisa bernavigasi koridor, tangga dan katup tertutup,” katanya.
Namun pembangkit Fukushima dibangun pada 1970-an, jauh sebelum robot dapat digunakan untuk tugas khusus seperti itu. Pada saat ini, robot telah ditempatkan di banyak pembangkit tenaga nuklir untuk memonitor pipa dan pemeliharaan.
Deputi direktur teknologi nuklir untuk Korea Atomic Energy Research Institute itu mengatakan keterbatasan anggaran dan penyangkalan menjadi penghalang masuknya robot emergency ke dalam banyak pembangkit nuklir baik di negaranya maupun negara lain. “Operator PLTN tidak mau berpikir soal situasi serius yang berada di luar kendali manusia,” ujar Kim.
0 komentar:
Post a Comment