JAKARTA - Kamis 3 Februari lalu, warga keturunan China merayakan tahun baru Imlek dengan meriah dan suka-cita. Nuansa merah tersebar di mana-mana dari mulai rumah-rumah, pusat perbelanjaan hingga sajian di media massa baik cetak maupun elektronika, terutama televisi.
Terlebih di tempat ibadah vihara atau klenteng penuh pengikut ajaran Khong Hu Cu ini nyang bersembahkan dan meminta berkah rezeki melimpah di tahun baru. Perayaan Imlek merupakan prosesi tertua yang pernah diciptakan manusia di muka bumi ini, bahkan mampu bertahan hingga saat. Pesta Imlek sudah ada sejak zaman dinasti Xia (2100-1600 SM). Dalam catatan sejarah, perayaan Imlek dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kaum petani kepada alam atas datangnya musim semi.
Hal ini juga erat hubungannya dengan penanggalan Cina yan dipakai sampai sekarang. Ada dua kalender yang dipakai oleh orang orang Cina, yakni Kalender Yin (berdasarkan bulan) dan Kalender Yang (berdasarkan Matahari). Perkembangan selanjutnya, hitungan yang spesifik antara revolusi bumi terhadap matahari dan revolusi bulan terhadap bumi, menghasilkan suatu hitungan yang sangat selaras pada kalender Imlek yang dikenal sekarang.
Sebab itu, warga Tionghoa selalu menyambut Imlek ini dengan optimisme akan mendapat berkah atau perubahan dalam hidup yang lebih baik. Lihat saja dalam momen ini, warga keturunan China ini berbondong-bondong mendatangi vihara.
Seperti terlihat di Vihara Dharma Bakti, Jalan Kemenangan III, Jakarta Barat. Ribuan warga bersembahyang di vihara itu. Di sudut lain, puluhan pengemis menunggu pembagian angpao dari warga Tionghoa yang merayakan Imlek yang tahun ini memasuki shio kelinci.
Saat okezone menyambangi vihara itu, terlihat warga bergantian berdoa, bersembahyang, dan memuja sejumlah patung dewa guna memohon keselamatan dan kemudahan dalam hidup, serta rezeki yang melimpah. Sesekali mereka menyentuh sebuah kuali besar, lalu menancapkan dupa yang dibakar. Lalu khusyuk berdoa.
"Menyentuh kuali dimaksudkan agar semua harapan dapat terkabulkan. Kebiasaan ini dilakukan setiap tahun," ungkap seorang warga Tionghoa yang enggan menyebutkan namanya di Vihara Dharma Bakti, baru-baru ini.
Dia menyakini dengan ritual seperti itu apa yang diinginkannya akan menjadi kenyataan. Tentunya, harapan itu terwujud bila dibarengi dengan kerja keras. Sembahyang, memuja dewa, tidak ada artinya tanpa usaha yang sungguh-sungguh.
Beda dengan Arban Sunggono, warga Tionghoa lainnya yang juga melakukan sembahyang di Vihara Dharma Bakti. Selepas beribadah, dia melakukan ritual lepas burung. Kepercayaan tersebut memang hanya dilakukan oleh sebagian kecil warga Tionghoa. Umumnya, mereka melepaskan jenis burung gereja dalam jumlah puluhan ekor. Cara ini pada dasaranya sama untuk meraih kekayaan dengan menjauhkan diri dari apes, sial, atau kurang beruntung.
Menurut Arban Sunggono, dirinya melakukan pelepasan burung sebagai simbol membuang kesialan di tahun sebelumnya. "Saya melepas burung ini untuk melepaskan kesialan tahun lalu," akunya.
Kata Arban, setelah melepas burung sampai terbang bebas tahun ini mendapat keberuntungan. "Mudah-mudahan tahun ini dapat hoki di tahun baru," harapnya.
Ritual melepas burung ini juga ada syaratnya. Menurut Arban, ada larangan setelah melepas burung, yakni memakan burung. "Apabila makan burung, maka percuma saja melepas burung," terang dia yang tidak menjelaskan lebih lanjut apa alasannya.
Tak terasa, hari pun mulai berajak sore. Okezone penasaran ingin melihat lebih dekat apa saja yang ada vihara. Setelah menelusurinya, ternyata banyak aneka barang dan patung. Namun yang membuat okezone ingin tahu adalah prilaku seorang pengunjung dimana kedua tangannya berkali-kali mengelus sebuah patung dewa.
Oh, ternyata itu patung Dewa Kekayaan. Memang warga keturunan China percaya pada banyak dewa kekayaan. Ada empat nama dewa untuk kekayaan riil, yaitu Bi Gan, Fan Li, Guan Yu, Zhao Gong Ming. Empat nama dewa untuk kekayaan madya, antara lain Han Shan dan Wan Hui. Tiga nama dewa untuk kekayaan sekelebat, masing-masing Bai Wu Chang, Liu Hai, Zhang Shen. Kemudian, delapan nama dewa kekayaan untuk usaha yaitu Gui Gu Zhi, Hua Tuo, Lu Ban, Lu Yu, Luo Zhu, Meng Tian, Shen Nong, Yi Di.
Terkait kekayaan ini, warga Tionghoa sudah paham dengan "cai duo zhi li, huo duo shi ren, yang artinya kira-kira, kekayaan yang mencipta tatanan, dan harta melimpah yang mencipta keramahan. Atau fasalfah yang berbunyi "ren zhong cai gua, zhi wei zheng cai", yang artinya kekayaan mendorong manusia untuk merebutnya.
Kendati demikian, ajaran Tao seperti diungkapkan Lao Tze mewanti-wanti soal kekayaan ini. Katanya, Orang yang terlalu kaya adalah pemimpin perampok atau dalam bahasa Chinanya "cai huo you yu, shi wei kua dao."(ram)
sumber : okezone.com
RAHASIA Warga Tionghua Menjadi kaya
Rating: 4.5
Diposkan Oleh: Unknown
0 komentar:
Post a Comment