Taqwa adalah pringkat/drajat yang tinggi disisi Allah Swt, untuk mencapai derajat taqwa tidaklah mudah. Taqwa dapat diartikan dengan taat atau patuh, agar seseorang bisa patuh dan taat kepada Allah Swt, maka syarat mutlak yang harus dipenuhinya adalah Dia Harus Mengenal Allah Swt, karena jika tidak bagaimana dia bisa patuh dan taat jika tidak dikenalnya yang harus ditaati itu ?sehingga amat logis jika Rasulullah Saw, mengatakan Al-Imaanu ma'rifatullahi bilqalbii, dan di hadis lain Rasulullah juga ada mengatakan Awaluddiin Ma'rifatullaah., Banyak orang mengatakan hadis ini dhoif, tapi menurut logika saya, tidak perlu dipermasalahkan hal tersebut jika memang isinya baik maka hal itu wajar dilakukan. Mengenai dhoif atau shohihnya sebuah hadis, amat sulit menentukannya karena harus menguasai berbagai cabang Ilmu dalam agama. memang seharusnya agar orang dapat menjalankan agama dengan baik, dia seharussnya mengenal Allah Swt terlabih dahulu agar ia takut melanggar segala aturan yang telah ditetapkan Allah Swt itu sendiri.
Untuk mengenal Allah swt, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah kita harus benar-benar suci dari segala dosa. Sementara sesuai dengan hadis Nabi, " barang siapa yang berbuat satu dosa, maka akan terdapat satu bintik hitam didalam hatinya", berarti semakin Bayak dosa yang dilakukan maka semakin tebal pula bintik hitam dalam hati, bintik hitam inilah yang akan menjadi Hijab antara manusia dengan Allah Swt.
Jika bintik hitam ini dapat dibersihkan sehingga keadaan hati itu dapat kembali menjadi fitrah, maka manusia akan mampu memaghami dan mengenal Allah Swt. Persoalannya adalah Bagaimana cara kita membersihkan hati itu ...?, didalam Al-Quran perintah membersihkan hati itu cukup banyak, "Qod aflaha manntazakka" *(berbahagialah orang yang membersihkan hatinya )
Sebelumnya telah disinggung kiat keberhasilan Khalid bin Walid ra dan seorang pemuda memperoleh bantuanNya. Korelasi niat, informasi, ilmu dan amal juga dilukiskan oleh Rasulullah saw sebagai sunnahnya ketika ditanya oleh Ali bin Abi Thalib ra, )[i].
Nabi saw bersabda: “Makrifat adalah modalku, akal pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku,berjihad perangaiku, dan hiburanku adalah dalam sembahyang.
Rasulullah memulai sistematika sunnah dengan makrifat sebagai modal. Makrifat berarti mengenal Allah dan manusia secara keseluruhan. Ibarat meminta bantuan kepada seseorang tentu kita harus mengenal orang yang diharapkan untuk membantu. Tanpa mengenalNya mustahil kita akan memperoleh bantuanNya. Mengenal manusia adalah menyadari kejadiannya dan tujuan penciptaannya baik badan seutuhnya atau setiap bagian tubuh..
Mengenal Allah swt dan manusia dapat dilakukan dengan butir kedua yaitu menggunakan akal pikiran. Ia berawal dari masa dimana kita belum dapat disebut. Perlu dicatat bahwa sesungguhnya merujuk ke hadis dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena keutamaan Rasulullah saw sebagai manusia. Ia adalah tokoh nomor satu dunia, ahli filsafat, orator, rasul, pembuat undang-undang, prajurit, panglima perang, penemu ide-ide, orang yang mengembalikan dogma nasional, seorang kultus tanpa bayang-bayang, dan pendiri 20 kerajaan dunia.[ii] [iii] FirmanNya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. QS 033:056 ()
Kecuali Adam as dan Siti Hawa, jasmani manusia berasal perpaduan antara sel bapak dan ibu. Sel itu lah yang tumbuh dan berkembang menjadi satu sosok tubuh. FirmanNya: “ Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging. dan segumpal daging tu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik (Al Mukminun:14). Hal ini diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadis berikut. Sesungguhnya seseorang diantara kalian penciptaan dirinya dihimpun dalam perut ibunya selama empatpuluh hari dalam bentuk nuftah (air mani), kemuadian ia menjadi alaqah dalam masa yang sama, lalu berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama pula. Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya dengan membawa perintah Allah dengan menuliskan empat kalimah. Allah memerintahkan kepada malaikat:”Catatlah amal perbuatannya, rezekinya dan ajalnya lalu apakah dia orang yang celaka atau berbahagia.” kemudian ditiupkan roh ke dalam tubuhnya, … Riwayat Bukhari dan Muslim.[iv]
Sel itu mampu melakukannya karena berisi DNA, yang memuat gen (gene), pembawa informasi genetis atau dengan kata lain ialah yang menentukan ekspresi genetic dalam bentuk (phenotype) dan sifat (genotype) setiap sel dalam tubuh lengkap dengan waktu pakai dan penggantiannya. Disetiap sel tubuh, perangkat DNA sebanyak 50.000 ini masing-masing memiliki program yang tertulis sepanjang 7 kaki bila direntang satu lapis.[v] Simak hadis diatas yang menyatakan sebagai berikut” “…Setelah itu Allah mengutus malaikat kepadanya dengan membawa perintah Allah dengan menuliskan empat kalimah. Allah memerintahkan kepada malaikat:”Catatlah amal perbuatannya, rezekinya dan ajalnya lalu apakah dia orang yang celaka atau berbahagia….” Subhanallah. Penulisan sifat manusia itu dilakukan atau yang disebut sebagai DNA itu dilakukan selama empatpuluh hari oleh malaikat.
Pembentukan jasmani seutuhnya dilakukan DNA setelah membuat kopiannya yang dikirim keseluruh tubuh lengkap dengan instruksinya. Karena itu DNA lah yang menentukan fungsi setiap sel dan pada akhirnya keseluruhan tubuh. Namun, ia baru bisa disebut, sesudah memecah diri membentuk Ribonucleic acid (RNA) suatu program aplikasi. Tanpa RNA, DNA belum bisa disebut karena idle, tidak berfungsi. Masa pra RNA itu tertulis dalam firmanNya; “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? …” ()QS 076:001). Masa DNA mulai bekerja tertulis dalam firmanNya :” Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan) Nya ke dalam tubuhnya … As Sajdah: 9). Hadis diatas memuat” … kemudian ditiupkan roh ke dalam tubuhnya. …” Jasmani yang bersifat konkrit – nyata dan dapat dipegang itu hidup sesudah Allah swt meniupkan ruh-Nya (as-Sajdah: 009).
Akal menjadi penting bila kita menyadari maksud Sang Pencipta ketika menciptakan manusia yang menyanggupi mengemban amanat. FirmanNya: “ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” QS 033:072. Amanat itu adalah melakukan yang disuruh dan meninggalkan yang dilarang dengan batasan yang jelas beserta fasilitasnya . FirmanNya “… kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan yang lurus… QS 076: 002-003 .
Hal ini dikukuhkan dengan perjanjian dalam firmanNya sbb: “ . QS Al Hadid: 008, ”… Dan sesungguhnya Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” Peristiwa itu tercatat dalam firmanNya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” QS 007: 172…) “.
Berikut ini pandangan Al Habib Luthfi tentang tahapan mengenal Allah Swt. Hasil wawancara Crew habiblutfiyahya,net dengan beliau.
Hly.net: Bagaimana cara belajar mengenal Allah?
Al Habib: Kita mengenali tentang apa yang diciptakan oleh Allah terlebih dahulu. Dari mengenali ciptaanNya itulah, lantas kita mengenali siapa yang menciptakannya. Nah, disitulah kita akan melihat kebesaran-kebesaran Allah SWT yang ditunjukkan kepada kita semua.
Setelah kita sudah mengenalnya, lalu kita tingkatkan lagi. Sadarkah kita sebagai hamba, mengertikah kita sebagai hamba, tentang apa kewajiban kita sebagai seorang hamba? Lantas bagaimana seharusnya perilaku seorang hamba yang telah mengenal kepada Tuhannya? Setelah itu kita tingkatkan lagi ke atas. Kita ini sejatinya diundang oleh waktu. Maka kita harus menghormati waktu.
Begitu tingkat kesadarannya sudah tinggi, maka kalau waktu shalat sudah datang kenapa kita mesti menunda waktu untuk bergegas melakukannya? Seharusnya kita kan justru bersiap-siap untuk menunggu datangnya waktu tersebut, menghormat panggilan Allah SWT untuk shalat.
Bukankah setiap kali berkumandang adzan, itu merupakan panggilan yang telah memperingatkan kita? Sehingga ketika terdengar suara adzan, kita merasa senang dan gembira, lantas bersiap-siap untuk hormat akan datangnya panggilan Allah tersebut.
Hly.net: Tetapi dalam kenyataannya, hal demikian terasa sulit untuk dilakukan?
Al Habib: Untuk meraih tingkat demi tingkat semacam itu, memang bukan hal yang gampang. Oleh karnanya, kita perlu sering datang ke suatu majlis dengan para ulama’, para shalihin, untuk mendengarkan fatwa-fatwanya.
Kita harus seringa pula mendengarkan petuah dan pandangan-pandangan para auliyaus-shalihin. Rasanya terlalu sulit untuk dapat meraihnya lebih jauh, jika kita jauh dari beliau-beliau itu. Sebab mereka bagaikan ruang yang memiliki lentera, mempunyai batrainya, nah, kita ini bagian yang dioborinya. Semakin kita dekat kepada orang-orang sholihin, maka akan lebih jauh lagi kita dapat mengenal Allah SWT dan RasulNya.
Hly.net: Jalan tercepat yang bagaimanakah, sehingga manusia merasa dirinya senantiasa bersama dengan Allah SWT Dzat yang selalu membimbingnya?
Al Habib: Saya sendiri masih bingung, melihat bagaimana proses orang yang makan langsung sepiring sekali telan? Padahal seharusnya kita menelan sesuap demi sesuap. Yang pentingkan sepiring bisa habis. Namun apa jadinya dipencernaan, jika mulut kita tidak pernah mengunyah untuk membantu pancernaan? Apa hasilnya atau apa yang akan terjadi dalam proses pencernaan tersebut.
Memang menarik, waktu makan yang lebih singkat dan lebih cepat. Jalan yang paling cepat dan tepat untuk mencapai proses makanan, apa nasinya yang lebih baik dibubur saja biar lebih encer, supaya menelannya lebih mudah. Tapi nyatanya semua itu sudah ada tempatnya. Yang mempercepat dan sebagainya itu, sudah ada bagiannya masing-masing. Nah, maka dari itu, tahapan untuk secepat itu tidak mungkin mudah. Contohnya ya seperti orang yang makan sepiring langsung telan tadi.
Hly.net: Lalu apa yang mesti dilakukan, agar dalam beraktivitas kita masih tetap bisa mengingat Allah?
Al Habib: Kalau tidak dilatih ya mana mungkin? Pada awalnya hati itu harus dikasih latihan untuk senantiasa mengingatNya. Itu memang tak mudah. Terkadang sering lupa. Tetapi setelah terbiasa, maka bagian tubuh yang kita latih ini punya reflex sendiri sesuai dengan tempatnya masing-masing.
Gerak tangan saja yang tak berhenti, juga mengikuti gerak ruh. Apalagi dengan hati kita yang terbiasa dengan latihan-latihan. Insya-Allah hati kita tidak akan pernah lupa dzikir kepada Allah SWT. Sebab itu sudah terjadi secara refleks. Maka latihlah senantiasa hati kita. Sebab jika hati itu biasa memandang sesuatu yang baik, berpikir baik, berprasangka yang baik, selamanya hati kita akan timbul secara refleks dengan pandangan-pandangan yang baik sehinga akan selalu jernih.
Semoga kita dimudahkan dalam mengenal Allah SWT
0 komentar:
Post a Comment