Friday 16 March 2012

62,7 % Remaja SMP Tidak perawan I Survey 2012 ?

Sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan dan 21,2% remaja mengaku pernah aborsi.Perilaku seks bebas pada remaja tersebar di kota dan desa pada tingkat ekonomi kaya dan miskin.
Data tersebut didapat berdasarkan survei yang dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) tahun 2008, dari 4.726 responden siswa SMP danSMAdi17kota besar.Karena itu, DPR mendesak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) segera meningkatkan sosialisasi program penyiapan kehidupan berkeluargabagiremaja(PKBR).“Ini dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya prilaku seks bebas pada remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pemerintah harus meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan de-ngan kesehatan reproduksi remaja,” tandas anggota Komisi IX DPR Herlini Amran kepada SINDOdi Jakarta kemarin. Dari data Komnas PA juga diperoleh hasil, 97% remaja pernah menonton film porno serta 93,7% pernah melakukan adegan intim bahkan hingga melakukan seks oral.Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan ada Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja di daerah-daerah dan harus terus dipantau.Herlini menyampaikan, jika tidak segera diantisipasi,hal ini akan berisiko besar bagi pengelolaan kependudukan Indonesia yang akan memicu rendahnya kualitas generasi bangsa Indonesia selanjutnya. Jika mengacu pada data BKKBN tentang Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia tahun 2002-2003, remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai 34,7% untuk perempuan dan 30,9% untuk laki-laki.Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Sudibyo Alimoeso menyampaikan, dewasa ini permasalahan seks bebas pada remaja tergolong kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini dipicu dengan kurangnya pengetahuan akan reproduksi dan seksual yang benar. Berdasarkan data yang dihimpun PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006,remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah yakni remaja usia 13-18 tahun.Sebanyak 60% di antaranya mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi dan mengaku melakukannya di rumah sendiri. Menurut dia, ini karena kurangnya informasi atau pengetahuan akan reproduksi dan seksual yang benar menjadikan seks sebagai ajang coba-coba yang berujung pada beberapa risiko di antaranya kehamilan. ??radi saputro/sindo.com


Seks bebas menjadi salah satu bentuk kenakalan yang paling merisaukan. Hal ini karena perilaku menyimpang ini mengalami ekskalasi semakin meningkat setiap tahun dan berakibat fatal. 

Mari kita simak berbagai fakta ini. Pada perayaan Tahun Baru di Jakarta, dua ABG tewas di kamar mandi nyaris tanpa busana dan saling berpelukan. Hari yang sama ditemukan pasangan sesama jenis laki-laki, tewas di kota kembang, Bandung.

Tidak hanya di kota besar, di Gunung Kidul Yogyakarta, empat siswa SMP melakukan seks bebas di dalam ruang kelas. Sebelum melakukan, mereka mabuk-mabukan, dan membeli miras dari sebuah warung milik seorang polisi. 

Pada September 2011, di Kabupaten Malang seorang siswi menjadi sutradara sekaligus kameramen adegan seks dengan para pemain teman sekolahnya. Pada April 2011 di Palembang terungkap kasus homoseksual. Celakanya tindakan ini dilakukan enam anak yang berumur 12-an tahun. 

Masih di kota Palembang, seks bebas dilakukan di sebuah rumah warga yang sedang melakukan hajatan. Seks ini dilakukan di bawah tenda dengan disaksikan dua teman laki-lakinya. 

Kondom pun menjadi salah satu pengaman. Sebagaimana diberitakan satu situs, Dedi, seorang penjaga apotek di Pontianak menyatakan penjualan kondom laris manis pada malam pisah sambut tahun 2012. Pembelinya anak muda dan orangtua.     

Demikian juga dikatakan Dewi, kondom laris di malam tahun baru dan Valentine Day. Tidak mengherankan jika kasus-kasus aborsi mengiringi perayaan itu seperti Februari, Maret dan April sekarang. 

Hasil Survei

BKKBN mengeluarkan hasil riset bahwa separuh remaja perempuan di wilayah Jabodetabek mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah. Demikian juga di Bandung, Surabaya, Medan dan Yogyakarta.

DKT  Indonesia juga melansir sebuah survei pada Mei 2010 terhadap remaja berusia 15-25 tahun dengan melakukan wawancara terhadap 663 responden di lima kota besar di Indonesia, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Bali. Hasilnya 39 persen responden pernah melakukan hubungan seksual. 

Perilaku seks bebas banyak terinspirasi dari pornografi. Sayangnya pecandu pornografi bukan hanya dari kalangan tua, tetapi anak-anak sekalipun. 

Hasil riset lain menemukan sebanyak 83,7 persen anak SD kelas 4 dan 5 kecanduan pornografi. Mereka mendapatkan konten-konten porno baik melalui komputer, internet, telepon seluler, video game, dan lain-lain. Termasuk juga acara-acara di TV banyak mengajarkan pacaran dan perzinaan. 

Kasus video porno vokalis Peterpan menurut pantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) masuk ke desa-desa. Bahkan dari 30 anak, 24 di antaranya menyaksikan video tersebut. Dampaknya adalah adiktif, mengganggu tumbuh kembang anak dan 65 persen anak laki-laki yang melihat film porno akan melakukan hal sama. 

Salah satu akibat dari seks bebas adalah meningkatnya angka aborsi. Hal ini karena mereka tidak menginginkan kehamilan. Komnas Perlindungan Anak mencatat pada 2008 sampai 2010 terjadi peningkatan jumlah aborsi sebesar 15 persen setiap tahunnya. 

Selain seks bebas, pornografi, dan aborsi, narkoba juga menyumbang peran yang besar dalam merusak generasi muda dan menghantarkan seks bebas, pemerkosaan dan tindak pelanggaran lainnya. 

BNN mencatat pada 2008 sebanyak 1,5 persen atau sekitar 3,2 juta penduduk Indonesia adalah pengguna narkoba. Sebanyak 78 persen di antaranya adalah anak muda usia 20-29 tahun, sementara sekitar 8.000 anak SD sedang menjalani proses rehabilitasi narkoba.

Mengapa Semua ini bisa terjadi

Jika dicermati, ada tiga pihak yang memungkinkan hal ini bisa terjadi. Pertama, pribadi yang bersangkutan. Kedua, daya kritis sosial yang menurun. Ketiga, negara yang lemah. 

Sebab pertama adalah karena memang anak yang bersangkutan tidak kuat menahan godaan. Dalam bahasa agama disebut pribadi yang lemah iman. 

Kedua, daya kritis sosial dari segenap anggota masyarakat yang menipis. Masyarakat mulai acuh dan memilih bersifat individualis, permisif dan abai terhadap berbagai tindak pelanggaran hukum dan norma di sekelilingnya. 

Ketiga, adalah lemahnya peran negara. Di era globalisasi ditandai bergesernya nation/welfare-state ke market state yang berlaku secara global, bergeser pula peran negara sebagaimana dulu kala sekadar penjaga malam saja. 

Negara akan hadir hanya sebagai “wasit” dan regulator yang  berperan membuat seperangkat aturan main yang menjamin terlaksananya kebebasan. Wajar kemudian banyak aturan yang dikeluarkan pemerintah bersifat liberal, baik di bidang ekonomi, politik, termasuk aturan sosial. 

UU Pornografi misalnya, tidak ada bedanya antara ada dan tidak adanya. Bahkan keberadaannya kini menjadi justifikasi kebolehan pornografi itu sendiri. Buktinya, tidak ada pemberedalan media yang porno,  tidak ada tindakan bagi pelaku pornografi dan pornoaksi.

Kelemahan negara dalam melahirkan seperangkut aturan yang baik, aparat negara yang lemah dalam menerapkan aturan melahirkan generasi yang lemah pula, hedonis, individualis, dan permisif terhadap berbagai perilaku yang bertentangan dengan norma dan hukum, termasuk lemah dalam menolak tindak pornografi, narkoba, dan seks bebas yang sering berakibat aborsi. 

Perlu tindakan luar biasa untuk mengubah semua ini. Ketika seks bebas ini hanya terjadi pada satu atau dua orang saja, mungkin bisa dikatakan masalah individual yang disebabkan kelemahan yang bersangkutan, atau kasuistis. 

Namun jika pelanggaran telah mewabah. Berarti masalah mengarah pada problem sistemik pengelolaan tata aturan bermasyarakat dan bernegara. Terkait hal ini, harus ada perbaikan sistemik terkait pengelolaan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bukan sekedar perbaikan individual. (*) 

62,7 % Remaja SMP Tidak perawan I Survey 2012 ? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment